Senin, 31 Maret 2025

Agama sebagai salah-satu pondasi dalam pelatihan Jejak Agung


   Perguruan Jejak Agung bukan hanya mengajarkan ilmu bela diri, tetapi juga menjadikan agama sebagai pondasi utama dalam membentuk karakter dan jiwa para pendekar. Ilmu agama dalam Jejak Agung mengajarkan keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara kekuatan lahiriah dan keimanan batiniah.



---


1. Tauhid: Pondasi Segala Ilmu


Tauhid adalah inti dari setiap ajaran di Perguruan Jejak Agung.


Keyakinan bahwa hanya Allah SWT yang memiliki kekuatan mutlak.


Tiada daya dan kekuatan kecuali dari-Nya (La Haula Wala Quwwata Illa Billah).


Ilmu silat bukan sekadar alat bertahan, tetapi bagian dari ibadah kepada-Nya.




---


2. Adab dan Akhlak: Jiwa Seorang Pendekar


Pendekar Jejak Agung harus memiliki akhlak yang luhur.


Adab kepada Allah: Senantiasa bersyukur, berserah diri, dan menghindari kesombongan.


Adab kepada Guru: Menghormati dan tidak membantah ajaran yang diberikan.


Adab kepada Saudara Seperguruan: Tidak saling merendahkan, selalu membantu dan menjaga persaudaraan.


Adab kepada Lawan: Tidak bersikap zalim, hanya bertarung ketika diperlukan untuk kebenaran.




---


3. Zikir dan Doa sebagai Perisai Diri


Sebelum latihan dan bertanding, pendekar Jejak Agung diajarkan untuk berzikir dan berdoa.


Doa menjadi kekuatan utama sebelum menggunakan kekuatan fisik.


Setiap gerakan dalam jurus memiliki makna spiritual yang berkaitan dengan ketauhidan.




---


4. Ilmu Kesabaran dan Keikhlasan


Kesabaran dalam menghadapi cobaan adalah ciri khas seorang pendekar sejati.


Keikhlasan dalam berlatih dan berjuang membuat ilmu yang dipelajari menjadi berkah.


Tidak mengharapkan pujian atau penghormatan dunia, tetapi mencari ridha Allah.




---


5. Jihad dalam Perspektif Jejak Agung


Jihad bukan hanya bertarung secara fisik, tetapi juga melawan hawa nafsu.


Pendekar sejati harus mampu menahan amarah dan menggunakan ilmu dengan bijak.


Perjuangan menegakkan kebenaran adalah bagian dari amanah leluhur yang harus dijaga.




---


6. Keilmuan Berlandaskan Al-Qur'an dan Hadis


Dalam Jejak Agung, setiap tindakan harus sesuai dengan ajaran Islam.


Tidak boleh menggunakan ilmu untuk kezaliman atau kepentingan duniawi semata.


Al-Qur'an dan hadis menjadi sumber utama dalam setiap pengambilan keputusan.




---


7. Makna Silat sebagai Ibadah


Silat bukan sekadar bela diri, tetapi juga ibadah.


Setiap gerakan memiliki filosofi yang mengandung makna keislaman.


Menghormati lawan adalah bentuk pengamalan dari ajaran Islam tentang kasih sayang.


Menghindari pertarungan yang tidak perlu adalah bagian dari menjaga kehormatan diri.




---


Kesimpulan


Ilmu agama dalam Perguruan Jejak Agung adalah cahaya yang membimbing setiap pendekar agar tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga memiliki keimanan yang kokoh. Seorang pendekar sejati bukanlah mereka yang sekadar menguasai jurus, tetapi yang mampu menjaga hatinya dari kesombongan dan tetap berada di jalan kebenaran.


"Silat tanpa agama adalah kesesatan, agama tanpa pengamalan adalah kebodohan. Maka, jadilah pendekar yang berilmu dan bertakwa."

 Janji dan Ikrar Murid Perguruan Jejak Agung


Dengan segenap jiwa dan raga, aku bersumpah sebagai murid Perguruan Jejak Agung, untuk selalu memegang teguh kehormatan dan ajaran leluhur.


1. Aku berjanji untuk selalu menjaga nama baik Perguruan Jejak Agung, di mana pun aku berada, dengan sikap, perbuatan, dan tutur kata yang mencerminkan kehormatan seorang pendekar sejati.



2. Aku berjanji untuk menghormati dan menjunjung tinggi guru serta sesepuh perguruan, karena tanpa mereka, aku bukan siapa-siapa. Ilmu yang diberikan adalah amanah yang harus dijaga dan diamalkan dengan penuh tanggung jawab.



3. Aku berjanji untuk selalu bersaudara dengan murid Jejak Agung lainnya, dalam suka maupun duka. Kami adalah keluarga yang tidak akan saling mengkhianati, karena satu terluka, semua akan merasakan.



4. Aku berjanji untuk selalu menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, tidak menggunakan ilmu silat untuk kezaliman, tidak berbuat curang, dan tidak merendahkan orang lain.



5. Aku berjanji untuk tidak pernah menyerah dalam menghadapi rintangan, baik dalam latihan maupun dalam kehidupan. Luka dan kegagalan bukan akhir, tetapi bagian dari perjalanan menuju kejayaan.



6. Aku berjanji untuk selalu berlatih dengan penuh semangat dan disiplin, karena tanpa usaha dan kerja keras, ilmu silat hanya akan menjadi gerakan tanpa makna.



7. Aku berjanji untuk selalu mengutamakan adab dan akhlak dalam setiap langkahku, karena pendekar sejati bukan hanya kuat dalam bertarung, tetapi juga bijak dalam bersikap.



8. Aku berjanji untuk tidak takut menghadapi musuh, tetapi juga tidak mencari permusuhan. Aku akan bertarung jika kehormatan dan kebenaran terancam, namun tetap menjunjung tinggi nilai kesatria.



9. Aku berjanji untuk selalu mengingat bahwa kekuatan sejati berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa, dan tanpa izin-Nya, aku bukanlah apa-apa. Aku akan berlatih dengan hati yang bersih, menjunjung tinggi nilai agama, dan tidak menyombongkan diri.



10. Aku berjanji untuk terus menjaga dan melestarikan warisan Perguruan Jejak Agung, sebagai amanah dari para leluhur yang harus dipertahankan hingga akhir hayat.




Demi kehormatan, demi persaudaraan, dan demi kejayaan Jejak Agung, aku berikrar dan tidak akan mengingkari sumpah ini.


"La haula wala quwwata illa billah."

(Tiada daya dan kekuatan selain dari Allah semata)



---


Ikrar ini bukan sekadar kata-kata, tetapi janji yang harus dipegang hingga akhir hayat.

Rabu, 12 Maret 2025

Sejarah Singkat Perguruan Silat Jejak Agung

 Sejarah Singkat Perguruan Silat Jejak Agung



Perguruan Silat Jejak Agung berdiri di Bulukumba, Sulawesi Selatan, sebagai bagian dari perjuangan melestarikan warisan leluhur dalam dunia persilatan. Perguruan ini bukan hanya sekadar tempat berlatih bela diri, tetapi juga merupakan rumah bagi para pesilat yang menjunjung tinggi kehormatan, persaudaraan, dan nilai-nilai luhur tradisi silat Nusantara.


Awal Berdirinya Jejak Agung


Jejak Agung lahir dari tekad kuat seorang pendiri yang pada awalnya mengalami berbagai rintangan. Di masa-masa awal, perguruan ini sempat direndahkan, dicibir, dan tidak dianggap oleh banyak pihak. Namun, dengan kesabaran, ketekunan, dan semangat pantang menyerah, pendirinya terus berjuang untuk membangun serta membesarkan nama Jejak Agung hingga menjadi salah satu perguruan yang dihormati di Bulukumba.


Perjalanan Penuh Suka Duka


Sejak didirikan, Jejak Agung telah melewati berbagai tantangan:


Membina atlet-atlet muda yang berasal dari berbagai latar belakang.


Menghadapi persaingan dan cobaan, termasuk banyaknya pihak yang iri dan berusaha menjatuhkan perguruan ini.


Mempertahankan nilai-nilai tradisional, agar seni bela diri tetap terjaga sesuai dengan ajaran leluhur.



Meskipun demikian, dengan kesetiaan para murid dan keteguhan hati sang guru, Jejak Agung terus berkembang dan menjadi kebanggaan di Bumi Panrita Lopi Bulukumba.


Motto dan Filosofi


Perguruan ini memiliki moto khas:


> "Diam bersama kesabaran, tapi selalu siap tempur dengan kejam dan ganas."




Makna dari moto ini menggambarkan kedisiplinan, kesabaran, dan kewaspadaan yang harus dimiliki setiap murid. Seorang pesilat sejati tidak perlu selalu menunjukkan kekuatannya, tetapi harus siap bertarung dengan penuh keberanian saat diperlukan.


Prestasi dan Penghormatan kepada Guru


Dalam perjalanan panjangnya, Jejak Agung telah melahirkan banyak atlet juara, baik di tingkat lokal maupun nasional. Nama-nama seperti Jauzah Sang Tiger, Fayla Sang Elang, Faidah Sang Kancil Mas, Farida Sang Badai, dan Jihan Sang Pendulang Emas adalah beberapa di antara pesilat terbaik yang tumbuh dari perguruan ini.


Selain melatih fisik, perguruan ini juga menanamkan nilai-nilai adab dan budi pekerti, termasuk bentuk penghormatan kepada guru yang telah membimbing para murid dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.


Jejak Agung dan Masa Depan


Kini, Jejak Agung terus berkembang meskipun masih menghadapi berbagai tantangan. Perguruan ini tetap berjuang mempertahankan bendera kebesaran di tanah leluhur, menjaga kehormatan perguruan, dan membentuk generasi pesilat yang kuat, berkarakter, serta memiliki jiwa ksatria.


Dengan semangat persaudaraan dan tekad yang tak tergoyahkan, Jejak Agung akan terus berdiri tegak sebagai simbol keberanian dan kejayaan silat di Bulukumba.

Selasa, 11 Maret 2025

MAKNA DAN TINGKATAN SABUK PERGURUAN JEJAK AGUNG

 MAKNA DAN TINGKATAN SABUK PERGURUAN JEJAK AGUNG



Di Perguruan Pencak Silat Jejak Agung, sabuk bukan sekadar kain yang melilit pinggang, tetapi sebuah simbol perjalanan, kehormatan, dan tanggung jawab. Setiap tingkatan memiliki makna dan syarat yang harus ditempuh oleh para murid, mulai dari dasar hingga tingkat tertinggi.



---


1. SABUK PUTIH (Tingkatan Dasar – Awal Perjalanan)


Makna:


Warna putih melambangkan kesucian dan awal perjalanan seorang murid dalam mengenal Jejak Agung.


Murid yang mengenakan sabuk ini masih polos, belum mengenal teknik maupun filosofi silat secara mendalam.


Mereka belajar dasar-dasar sikap, disiplin, serta awal perjalanan bela diri.



Syarat Memakai Sabuk Putih:


Baru bergabung di perguruan.


Belajar sikap hormat, disiplin, dan dasar gerakan silat.


Mengikuti latihan rutin dengan tekun dan patuh kepada pelatih.



Kebanggaan:


Menjadi bagian dari keluarga besar Jejak Agung.


Memulai perjalanan sebagai seorang pendekar sejati.




---


2. SABUK KUNING (Tingkatan Lanjutan Dasar – Menguatkan Dasar)


Makna:


Warna kuning melambangkan harapan dan pencerahan, seperti sinar mentari pagi.


Murid di tingkatan ini sudah memahami dasar-dasar teknik dan mulai belajar jurus serta filosofi perguruan.


Mereka mulai memahami bahwa silat bukan hanya sekadar gerakan fisik, tetapi juga seni dan nilai kehidupan.



Syarat Memakai Sabuk Kuning:


Telah menguasai dasar kuda-kuda, teknik pukulan, tendangan, dan tangkisan.


Memahami nilai-nilai disiplin dan persaudaraan dalam perguruan.


Mengikuti ujian kenaikan tingkat dengan lulus secara teknik dan mental.



Kebanggaan:


Memiliki pemahaman lebih luas tentang ilmu silat.


Dapat memperdalam hubungan dengan saudara seperguruan.




---


3. SABUK BIRU (Tingkatan Menengah – Keseimbangan dan Kematangan Diri)


Makna:


Warna biru melambangkan ketenangan, keseimbangan, dan kedewasaan dalam menghadapi latihan maupun kehidupan.


Murid dengan sabuk ini mulai memahami teknik pertahanan dan strategi dalam bertarung.


Mereka mulai menguasai filosofi silat serta nilai kejujuran dan tanggung jawab.



Syarat Memakai Sabuk Biru:


Menguasai teknik serangan dan pertahanan dengan baik.


Dapat mengendalikan emosi dan lebih bijak dalam bertindak.


Memiliki loyalitas tinggi kepada perguruan dan guru.



Kebanggaan:


Menjadi contoh bagi murid tingkat bawah.


Mulai dipercaya untuk memimpin latihan kecil di bawah pengawasan pelatih.




---


4. SABUK HIJAU (Asisten Pelatih – Calon Pengawal Perguruan)


Makna:


Warna hijau melambangkan pertumbuhan dan kesiapan untuk menjadi pengawal ilmu perguruan.


Murid dengan sabuk ini sudah mulai membantu melatih murid tingkat bawah.


Mereka sudah mampu menguasai teknik tingkat tinggi serta memahami filosofi Jejak Agung secara lebih mendalam.



Syarat Memakai Sabuk Hijau:


Mampu melatih dan membimbing murid tingkat bawah dengan baik.


Menunjukkan kesetiaan dan rasa hormat kepada perguruan, guru, dan sesama murid.


Mengikuti ujian mental dan fisik yang lebih berat.



Kebanggaan:


Dipercaya oleh guru dan pelatih untuk mengemban tugas perguruan.


Memiliki posisi yang lebih dihormati di dalam perguruan.




---


5. SABUK MERAH (Pelatih – Benteng Perguruan)


Makna:


Warna merah melambangkan keberanian, pengorbanan, dan kesiapan untuk menjaga serta mengembangkan perguruan.


Mereka yang mengenakan sabuk ini telah matang dalam ilmu silat dan siap menjadi pelatih utama.


Bertanggung jawab atas regenerasi murid serta menjaga kehormatan Jejak Agung.



Syarat Memakai Sabuk Merah:


Menguasai seluruh jurus dan teknik tingkat tinggi.


Mampu mendidik murid baru dengan baik.


Menjadi contoh dalam sikap dan kepribadian bagi murid lainnya.



Kebanggaan:


Berhak menjadi pelatih penuh di Jejak Agung.


Disegani sebagai sosok yang telah membuktikan kesetiaan dan pengorbanannya.




---


6. SABUK COKLAT (Senior yang Ditugaskan – Penasihat Perguruan)


Makna:


Warna coklat melambangkan kebijaksanaan, pengalaman, dan keteguhan hati.


Mereka adalah senior yang telah banyak berkorban untuk perguruan dan kini menjadi penasihat serta pembimbing pelatih.


Mampu memberikan wawasan lebih luas dalam strategi bertarung, filosofi silat, dan pengelolaan mental para murid.



Syarat Memakai Sabuk Coklat:


Telah melatih murid-murid hingga mencetak banyak atlet juara.


Memahami lebih dalam filosofi perguruan dan kehidupan seorang pendekar sejati.


Dapat membimbing pelatih dalam mengelola perguruan.



Kebanggaan:


Mendapat tempat khusus sebagai orang yang dituakan di perguruan.


Menjadi penjaga nilai-nilai luhur perguruan.




---


7. SABUK HITAM (Pendekar atau Guru – Pewaris Keilmuan Perguruan)


Makna:


Warna hitam melambangkan puncak pencapaian dalam dunia persilatan.


Mereka yang mengenakan sabuk ini adalah pendekar sejati yang telah menyatu dengan ilmu dan filosofi perguruan.


Mampu menguasai bukan hanya teknik, tetapi juga ilmu spiritual serta kepemimpinan.



Syarat Memakai Sabuk Hitam:


Telah melalui perjalanan panjang dalam perguruan.


Menguasai ilmu bela diri secara fisik maupun mental.


Siap mempertahankan perguruan dan menjadi teladan bagi semua murid.



Kebanggaan:


Dipandang sebagai panutan utama di dalam dan di luar perguruan.


Mewarisi ilmu dan kebijaksanaan dari para guru sebelumnya.




---


8. SABUK HITAM BERLIS BORDIR (SABUK ABAH) – GURU BESAR & PEMIMPIN PERGURUAN


Makna:


Sabuk ini adalah tingkatan tertinggi di Jejak Agung.


Hanya dimiliki oleh pemimpin perguruan yang telah menyatukan diri dengan ilmu dan filosofi silat Jejak Agung.


Bertanggung jawab atas arah dan kelangsungan perguruan, menjaga warisan leluhur, serta membimbing generasi penerus.



Syarat Memakai Sabuk Hitam Berlis Bordir:


Merupakan pemimpin utama yang menjadi pengayom bagi semua murid dan pelatih.


Menyebarkan ajaran silat Jejak Agung hingga ke seluruh pelosok negeri.


Mampu menjadi pendidik, motivator, dan pelindung bagi seluruh keluarga besar perguruan.



Kebanggaan:


Menjadi sosok tertinggi di Jejak Agung.


Diingat dan dihormati sebagai guru besar yang mengabdikan hidupnya untuk perguruan.




---


PENUTUP


Setiap sabuk di Perguruan Jejak Agung bukan hanya sekadar tanda tingkatan, tetapi juga cerminan dari perjalanan dan perjuangan seseorang dalam meniti jalan sebagai seorang pendekar sejati. Dari sabuk putih hingga hitam berlis bordir, semuanya mengandung nilai-nilai luhur yang harus dijaga dan dihormati.


Bagi setiap murid Jejak Agung, mengenakan sabuk bukan hanya tentang keahlian bertarung, tetapi juga tentang kehormatan, tanggung jawab, dan kesetiaan kepada perguruan serta gurunya.


Siapapun yang setia pada perguruan, akan dikenang sebagai bagian dari sejarah besar Jejak Agung! 🔥🥋

SEJARAH BERDIRINYA PERGURUAN PENCAK SILAT JEJAK AGUNG



 ðŸ“– SEJARAH BERDIRINYA PERGURUAN PENCAK SILAT JEJAK AGUNG PUSAT BULUKUMBA


A. LATAR BELAKANG


Perguruan Pencak Silat Jejak Agung (PPSJA) adalah seni bela diri khas Sulawesi Selatan (Bugis-Makassar) yang berakar dari tradisi turun-temurun para pendekar Bugis. Perguruan ini terkenal dengan keahliannya dalam beladiri bersenjata tongkat pendek, menjadikannya sebagai aset budaya daerah dan bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan.


Awalnya, Jejak Agung bersifat rahasia, hanya diwariskan dalam lingkungan keluarga pendekar, tetapi akhirnya dibuka untuk masyarakat umum pada tahun 1995. Sejak saat itu, Jejak Agung terus berkembang, dilestarikan, dan dikembangkan oleh generasi penerus serta murid-murid senior.


Saat ini, Perguruan Pencak Silat Jejak Agung Bulukumba telah menjadi bagian dari Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dan berpusat di Kabupaten Bulukumba, tepatnya di Jalan Abd Azis Kasuara Lama.



---


B. SEJARAH PENDIRIAN


Jejak Agung didirikan oleh Abah Guru Mursidik M. Gudang di Kabupaten Bulukumba pada 25 Mei 1995. Sebelumnya, perguruan ini dikenal dengan nama "Jejagung", yang berasal dari warisan keluarga dan terus berkembang hingga akhirnya dikenal sebagai Jejak Agung.


Jejak Agung merupakan perpaduan dari empat perguruan silat besar, yaitu:


1️⃣ Jenang Lasepang (Bantaeng, Sulawesi Selatan) → Diajarkan oleh H. Arsyad Gudang, paman dari pendiri Jejak Agung.

2️⃣ Janda Malaka (Malaka, Sumatra) → Diajarkan oleh H. Masbuky Gudang, ayah dari pendiri Jejak Agung.

3️⃣ Ambe Gudang (Bulukumba, Sulawesi Selatan) → Ilmu yang diwariskan oleh kakek beliau sendiri.

4️⃣ Silat Ghoib Sunan Gunung Jati (Tanah Jawa) → Diajarkan oleh Bapak Ayat dari Kalimantan, paman dari pendiri Jejak Agung.


Dari perpaduan keempat aliran ini, lahirlah Jejak Agung, yang awalnya dirahasiakan dalam lingkungan keluarga, tetapi akhirnya dibuka untuk umum sebagai bagian dari pelestarian budaya pencak silat Nusantara.



---


C. PERAN JEJAK AGUNG DALAM PENCETAK JUARA & PRESTASI


Sebagai perguruan yang berkomitmen melahirkan pendekar-pendekar sejati, Jejak Agung selalu aktif dalam berbagai event kejuaraan pencak silat, baik di tingkat daerah, nasional, maupun internasional.


Alhamdulillah, Jejak Agung telah mengukir banyak prestasi gemilang, membuktikan bahwa kesungguhan dalam latihan, disiplin, dan semangat tak kenal lelah selalu membawa hasil yang membanggakan.


Setiap kemenangan yang diraih bukan hanya untuk perguruan, tetapi juga menjadi kebanggaan masyarakat Bulukumba. Setiap medali, setiap podium, dan setiap pertandingan yang dimenangkan adalah bukti bahwa Jejak Agung adalah kekuatan yang tak bisa diremehkan.


"Kami tidak hanya berlatih untuk bertarung, tetapi juga untuk membawa nama Bulukumba bersinar di setiap kejuaraan."



---


D. FILOSOFI & NILAI-NILAI JEJAK AGUNG


Jejak Agung bukan sekadar tempat belajar silat, tetapi juga tempat membentuk karakter, kedisiplinan, dan jiwa ksatria. Nilai utama yang dijunjung tinggi dalam perguruan ini adalah:


✅ Keberanian & Kemandirian


Murid Jejak Agung dididik untuk berani menghadapi tantangan dan tidak bergantung pada orang lain.


Mengutamakan harga diri dan kehormatan, sesuai dengan falsafah "Siri’ dan Pacce" dari budaya Bugis-Makassar.



✅ Kesabaran & Kedisiplinan


Seorang pesilat harus mampu mengendalikan emosi dan bersikap disiplin dalam setiap latihan.


Menanamkan kesabaran dalam menghadapi ujian, tetapi tetap siap bertempur jika diperlukan.



✅ Persaudaraan Seperguruan


Semua murid Jejak Agung adalah keluarga, tidak ada perbedaan antara senior dan junior.


Persaudaraan dan kebersamaan adalah kunci keberhasilan dalam perguruan.



✅ Keteguhan dalam Prinsip


Mengajarkan bahwa ilmu silat bukan untuk kesombongan, tetapi untuk melindungi diri dan membela kebenaran.


La Haula Wala Quwwata Illa Billah → Menegaskan bahwa kekuatan sejati hanya berasal dari Allah SWT.




---


E. BENTUK KEGIATAN LATIHAN JEJAK AGUNG


Sebagai perguruan yang tidak hanya mengajarkan keterampilan bela diri, tetapi juga membentuk mental dan spiritual pesilat, Jejak Agung memiliki berbagai program latihan, yaitu:


1️⃣ Pelatihan Fisik & Teknik Silat

✅ Latihan dasar bela diri

✅ Latihan teknik serangan & pertahanan

✅ Senam dasar Jejak Agung


2️⃣ Pelatihan Senjata Tradisional

✅ Teknik bertarung dengan badik, parang, tombak, dan toya

✅ Teknik khusus penggunaan tongkat pendek


3️⃣ Latihan Kerohanian & Mental

✅ Belajar nilai-nilai agama & filosofi kehidupan

✅ Menanamkan disiplin, kesabaran, dan keteguhan hati


4️⃣ Pelatihan Seni & Budaya

✅ Seni pertunjukan pencak silat dalam acara adat & budaya

✅ Memahami seni gerak sebagai warisan budaya Bugis-Makassar



---


F. HARAPAN & MASA DEPAN JEJAK AGUNG


Jejak Agung tidak hanya ingin bertahan, tetapi juga terus berkembang sebagai pusat pencetak pesilat berkualitas, baik secara fisik, mental, maupun spiritual.


Meskipun menghadapi banyak tantangan, Jejak Agung tetap kokoh berdiri hingga hari ini, dan akan terus menjadi warisan kebanggaan masyarakat Bulukumba.


🔥 Visi Jejak Agung ke Depan:

✅ Melahirkan pesilat tangguh yang berakhlak mulia

✅ Mengembangkan Jejak Agung ke berbagai daerah di Indonesia

✅ Menjaga dan melestarikan warisan leluhur Bugis-Makassar


"Jika kita berhenti berjuang, maka sejarah akan berhenti di tangan kita. Tapi jika kita terus melangkah, Jejak Agung akan tetap abadi."

"MAKNA GERAKAN PEMBUKA JURUS JEJAK AGUNG"


"MAKNA GERAKAN PEMBUKA JURUS JEJAK AGUNG"



---


🛡️ PEMBUKAAN JURUS JEJAK AGUNG 🛡️


"Bismillahirrahmanirrahim"

"Kami pesilat Jejak Agung cinta damai..."


Setiap gerakan dalam pembuka jurus ini mengandung makna mendalam, bukan hanya sekadar teknik bela diri tetapi juga filosofi kehidupan seorang pendekar sejati.


1️⃣ Kekuatan Kami dengan Kerendahan Hati


📌 Gerakan:


Badan turun ke bawah


Tangan kanan memukul tanah


Tangan kiri menyilang ke bahu, telapak menutup rahang



🔎 Makna:

Seorang pendekar sejati tidak pernah sombong. Gerakan memukul tanah melambangkan kerendahan hati dan kesadaran bahwa manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah.


2️⃣ Selalu Berusaha Menghindari Masalah


📌 Gerakan:


Gerakan balasan, merubah posisi


Tangan kiri terletak di lutut, tangan kanan menyilang ke bahu, telapak menutup rahang



🔎 Makna:

Seorang pesilat tidak mencari musuh dan tidak suka permusuhan. Sikap ini melambangkan prinsip menghindari masalah sebisa mungkin.


3️⃣ Bila Terpaksa, Kami Akan Membela Diri & Perguruan


📌 Gerakan:


Melangkah maju dengan tangkisan



🔎 Makna:

Jika terpaksa, seorang murid Jejak Agung harus siap membela diri dan membela kehormatan perguruan. Ini menunjukkan kesigapan dan kesiapan menghadapi segala tantangan.


4️⃣ Walaupun Ditekan, Kami Tidak Akan Menghianati Perguruan


📌 Gerakan:


Memutar badan ke belakang dengan menepuk tangan lurus ke depan



🔎 Makna:

Gerakan ini melambangkan keteguhan hati dan kesetiaan kepada perguruan. Seorang murid sejati tidak akan berkhianat walau dalam tekanan.


5️⃣ Dengan Segenap Tenaga, Kami Akan Berjuang Membela Perguruan Walaupun Nyawa Taruhannya


📌 Gerakan:


Kembali berputar ke depan dengan menepuk kepala tangan lalu menepuk siku dengan sikap pasang tangkis



🔎 Makna:

Menunjukkan tekad yang kuat dalam membela perguruan dan prinsip hidup sebagai seorang pendekar sejati.


6️⃣ Kekuatan Kami Terliputi Huruf Lam Jalalah (الله)


📌 Gerakan:


Membuka kuda-kuda tengah, tangan menyilang di depan dada membentuk huruf Lam Jalalah (الله)



🔎 Makna:

Setiap kekuatan seorang pendekar bersumber dari Allah Ta'ala. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari-Nya.


7️⃣ Dengan Menampung Segala Kekuatan, Kami Tetap dalam Prinsip Cinta Damai


📌 Gerakan:


Sikap berdiri tegak, menepuk kedua tangan sambil ditekan ke bawah pusat



🔎 Makna:

Melambangkan pengendalian diri. Seorang pesilat bukan untuk bertarung, tetapi untuk menjaga kedamaian.


8️⃣ Posisi Bertahan & Kesiapan Mental


📌 Gerakan:


Merubah posisi tangan, tangan kanan terbuka di dada, tangan kiri mengepal di pinggang



🔎 Makna:

Menunjukkan kesadaran penuh dalam setiap tindakan.


9️⃣ Siap Tempur dengan Kejam dan Ganas Jika Terpaksa


📌 Gerakan:


Posisi tetap seperti nomor 8, tetapi kepalan tangan di pinggang didorong dengan kekuatan penuh



🔎 Makna:

Pesilat Jejak Agung cinta damai, tetapi tidak takut bertempur jika kehormatan perguruan terancam.



---


🔺 KESIMPULAN 🔺


Jurus pembuka Jejak Agung bukan sekadar rangkaian gerakan, tetapi mencerminkan nilai-nilai luhur seorang pendekar sejati.


✅ Rendah hati, tetapi kuat.

✅ Menghindari masalah, tetapi tidak takut membela diri.

✅ Setia kepada perguruan, berpegang teguh pada nilai-nilai luhur.

✅ Cinta damai, tetapi selalu siap tempur dengan kejam dan ganas jika diperlukan.


"Bismillahirrahmanirrahim... Kami pesilat Jejak Agung cinta damai, tetapi siap menghadapi segala tantangan dengan keberanian dan keyakinan!"



---


🔥 Perguruan Pencak Silat Jejak Agung Bulukumba 🔥


Buku saku ini harus dipahami dan diamalkan oleh setiap murid Jejak Agung.

Siapapun yang melupakan makna jurus ini berarti telah melupakan jati diri seorang pesilat jejak agung sejati!